Hi friends! Apa kabar? Semoga kalian semua dalam keadaan baik. Musim dingin sudah mulai menyelimuti kota Auckland. Suhunya kadang bisa turun di bawah sepuluh derajat, other first experience for me. Namun, kali ini saya tidak akan menulis tentang cuaca, melainkan tentang perjalanan akademik. Sebagai mahasiswi Ph.D., saya tidak punya kelas reguler seperti jenjang studi lain. Tapi, bukan berarti tidak ada kelas sama sekali selain riset. Dalam artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman tentang kelas pertama yang saya ikuti: Academic Integrity Course. Kelas ini memberi banyak wawasan tentang standar etika dan prinsip-prinsip sebagai pelajar di University of Auckland. Selamat membaca!
Apa itu Academic Integrity Course?
Academic Integrity Course adalah salah satu milestone wajib yang harus saya selesaikan paling lambat dua bulan setelah pendaftaran. Kelas ini mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi akademisi dengan nilai, keterampilan, dan praktik yang berintegritas.
Kelas Academic Integrity menggunakan mode online class. Mirip dengan Coursera, Udemy, atau EdX, hanya saja University of Auckland menggunakan Canvas sebagai platform. Setiap modul berisi teks singkat, video, dan kuis. Oh ya, kuisnya bisa dilakukan berulang kali, loh, kalau ingin nilai sempurna!
Apa yang Kupelajari di Academic Integrity Course?
Ada enam topik yang kupelajari di kursus ini:
- Etika dalam penelitian dan pelaporan data
- Nilai dan pentingnya integritas akademik
- Cara menuliskan rujukan (referencing)
- Kolaborasi etis dalam kerja kelompok
- Bantuan pihak ketiga
- Hak cipta (copyright)
Nilai dan Pentingnya Integritas Akademik
University of Auckland memperkenalkan lima nilai integritas akademik:
- Tikanga (praktik yang benar)
- Fairness (keadilan)
- Mōhitonga (berbagai cara memahami)
- Responsibility (tanggung jawab)
- Whakamana (pemberdayaan)
- Whakapapa (hubungan dan garis keturunan)
Nilai-nilai ini berakar dari Te Ao Māori (pandangan dunia Māori) yang menekankan keterhubungan dan rasa hormat terhadap seluruh umat manusia. Nilai tersebut menjadi dasar perilaku dan motivasi akademisi—baik mahasiswa, dosen, maupun staf.
Referencing
Referencing digunakan untuk menunjukkan kualitas karya, serta membedakan mana bagian karya kita dan mana yang milik orang lain. Referensi juga menjadi jejak sumber yang digunakan dalam tulisan kita.
Secara umum, saya belajar bahwa setiap kali menggunakan karya orang lain—baik mengutip, merangkum, atau memparafrasekan—kita wajib mencantumkan sumbernya. Namun, pengalaman pribadi, hasil pengamatan, kesimpulan, dan pengetahuan umum tidak perlu direferensikan.
Kolaborasi Etis dalam Kerja Kelompok
Sebagai mahasiswi (atau dunia kerja), ada tugas yang harus dikerjakan secara individu, dan ada yang memang harus dikerjakan kelompok. Dari modul ini, saya belajar membedakan antara kolaborasi dan kolusi. Kerja kelompok memang bisa membantu belajar lebih baik, tapi juga bisa berubah menjadi kolusi bila tidak sesuai aturan. Jadi, harus selalu berhati-hati.
Bantuan Pihak Ketiga (Third-party Assistance)
Bantuan pihak ketiga artinya meminta pertolongan selain dari dosen atau tutor, misalnya teman, kelompok belajar, keluarga, layanan akademik, hingga alat AI. Apakah ini boleh? Ya, selama hanya untuk kejelasan, tata bahasa, format, atau referensi. Tetapi, kalau sampai tugas dikerjakan orang lain lalu kita akui sebagai milik kita, itu disebut contract cheating alias kecurangan akademik.
Hak Cipta
Di modul ini, saya belajar tentang berbagai contoh materi yang dilindungi hak cipta. Artinya, kita tidak boleh sembarangan menyalin atau menyebarkan tanpa izin. Ini bisa berupa: buku, materi kuliah, gambar, musik, seni, program komputer, hingga soal ujian. Namun, ada juga materi yang termasuk public domain atau fair dealing, yang bisa digunakan secara umum sesuai aturan.
Etika dalam Penelitian dan Laporan Data
Modul terakhir membahas etika penelitian, khususnya larangan memalsukan atau merekayasa data. Itu jelas merupakan bentuk pelanggaran integritas akademik. Karena itu, penting untuk menjunjung kejujuran, akurasi, dan transparansi dalam proses dan laporan penelitian.
Final Words…
Secara keseluruhan, kelas ini mengajarkan saya tentang nilai, keterampilan, dan perilaku berintegritas dalam akademik. Yang paling berkesan adalah bagaimana nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam diri setiap akademisi. Mungkin kita pernah menghadapi dilema, misalnya apakah harus melakukan pelanggaran kecil karena banyak orang di sekitar melakukannya? Kelas Academic Integrity mengingatkan saya bahwa meski banyak orang melakukan hal itu, bukan berarti menjadi perilaku etis. Kita harus memastikan apakah perilaku kita mencerminkan nilai integritas akademik atau justru sebaliknya.
Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang topik yang integritas akademik di artikel ini, silakan berikan komentar atau hubungi saya lewat Instagram @rianitapuspitasari. Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Auckland, New Zealand
Tuesday 25 June 2024, 23.45