Hi, learners! Bagi para mahasiswa baru (maba), euforia menyandang status mahasiswa pasti terasa menyenangkan. Namun, seringkali semangat itu dibayangi oleh kekhawatiran: perpeloncoan saat OSPEK. Apakah kalian pernah atau sedang mengalaminya? Artikel ini akan membahas definisi OSPEK, kasus perpeloncoan, dampaknya bagi mahasiswa, serta apa yang seharusnya dilakukan agar OSPEK mahasiswa baru benar-benar edukatif dan positif.
Apa Itu OSPEK Mahasiswa Baru?
OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) adalah kegiatan khusus untuk mahasiswa baru agar mengenal sistem perkuliahan dan lingkungan kampus. Tujuan OSPEK seharusnya positif:
- mengenalkan sistem kredit semester (SKS),
- cara mengontrak mata kuliah,
- pengenalan klub atau organisasi,
- membangun relasi dengan senior dan dosen.
Namun, istilah perpeloncoan OSPEK juga muncul, yang sering diartikan sebagai tindakan senior memperlakukan maba dengan cara tidak menyenangkan, bahkan hingga kekerasan.
Kasus Perpeloncoan dalam OSPEK Mahasiswa Baru
Walau kegiatan ini bertujuan edukatif, kenyataannya banyak terjadi penyimpangan. Bentuk perpeloncoan mahasiswa baru dapat berupa:
1. Kekerasan Mental
- Dibentak atau dihina senior.
- Dipermalukan dengan atribut aneh.
- Panggilan diskriminatif atau merendahkan.
2. Kekerasan Fisik
- Dipaksa lari jauh, push-up, atau sit-up berlebihan.
- Larangan minum atau makan hingga menyebabkan dehidrasi.
- Dipaksa makan/minum sesuatu yang tidak layak.
3. Normalisasi Budaya Kekerasan
Beberapa alasan perpeloncoan terus berlangsung:
- Balas dendam: “Kami dulu digituin, kalian juga harus bisa.”
- Anggapan wajar: perilaku ini turun-temurun dan dianggap tradisi.
- Melatih mental: padahal cara membentak bukan metode efektif membangun ketangguhan.
- Mencari respek: sayangnya, rasa takut bukanlah respek sejati.
Dampak Perpeloncoan dalam OSPEK
Perpeloncoan dapat berdampak buruk bagi pelaku, korban, maupun masyarakat secara umum.
Bagi Pelaku
- Sanksi sosial: reputasi rusak, kehilangan relasi.
- Sanksi akademik: teguran, skorsing, bahkan dikeluarkan.
Terhadap Korban
- Fisik: kelelahan, memar, dehidrasi, hingga kematian.
- Psikis: trauma, tekanan mental, gangguan sosial.
- Potensi melanjutkan “tradisi perpeloncoan” ke generasi berikutnya.
Bagi Masyarakat
- Menormalisasi kekerasan di lingkungan pendidikan.
- Membuat perundungan dianggap hal biasa, bahkan merembet ke sekolah-sekolah.

Solusi: OSPEK yang Edukatif dan Positif
Perpeloncoan memiliki banyak dampak negatif, sehingga perlu diadakan ospek yang edukatif dan positif. Antara lain sebagai berikut.
- Pendidikan Anti-Perpeloncoan
- Sejak dini, anak perlu dikenalkan bahaya perundungan dan diajarkan keberanian melawan serta melapor.
- Mahasiswa senior dibekali pemahaman tentang dampak kekerasan.
- Fokus pada Adaptasi, Bukan Superioritas
- OSPEK harus menjadi sarana adaptasi mahasiswa baru, bukan ajang pamer kekuasaan senior.
- Alternatif Penguatan Mental
- Kampus dapat menyediakan pelatihan mental yang sehat, seperti kegiatan kepemimpinan, konsistensi, dan ketekunan (grit).
Last Lines …
OSPEK mahasiswa baru sebenarnya bermanfaat sebagai jembatan adaptasi ke dunia kampus. Namun, ketika perpeloncoan terjadi, dampaknya merugikan semua pihak: pelaku, korban, bahkan masyarakat luas. Mari dorong OSPEK menjadi kegiatan yang edukatif, aman, dan positif. Ingatlah:
Treat people the way you want to be treated. Talk to people the way you want to be talked to. Respect is earned, not given. – Hussein Nishah
References
- Clear, J. (2019). Atomic Habit: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Duckworth, A. (2018). Grit: Kekuatan Hasrat dan Kegigihan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Gordon, S. (2021). Bullying and Hazing Differences: exploring the connections between bullying and hazing. Tersedia: https://www.verywellfamily.com/bullying-and-hazing-is-there-a-difference-460505
- Lin, Y., dkk. (2017). Mental Toughness and Individual Differences in Learning, Education and Work Performance, Psychological Well-Being, and Personality: Systematic Review. Frontiers in Psychology, August 2017. Vol. 8, Article 1345.
- Ningrum, A.I. (2019). Bullying dan Kekerasan(Studi Kualitatif Ospek di Fakultas Universitas Airlangga). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
- Syakirah, F. dan Fardiyan, A.R. (2017). Kekerasan Verbal Mahasiswa Senior Terhadap Mahasiswa Junior dalam Relasi Intersubjektif. Jurnal MetaKom Vol. 1., No.1., Maret 2017.
- Wulaningtyas, F.P.A. (2015). Praktik Bullying Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Pada Masa PPKMB Mahasiswa Angkatan 2012. Jurnal Paradigma, Vol. 03, No. 02, tahun 2015.
- Nurhadi. (2022). Identik dengan Perpeloncoan dan Kekerasan, Berikut Sejarah OSPEK. Tersedia: https://tekno.tempo.co/read/1622290/identik-dengan-perpeloncoan-dan-kekerasan-berikut-sejarah-ospek
