Hi friends! Beberapa hari lalu, umat Muslim di seluruh dunia baru saja merayakan salah satu hari penting. Tanggal 10 Dzulhijjah adalah Hari Raya Idul Adha. Selamat Idul Adha untuk semua teman Muslim/Muslimah! Semoga kita semua bisa meningkatkan iman, diberkahi Allah dengan kedamaian, kebahagiaan, dan kehidupan yang bermakna.
Tahun ini adalah Idul Adha pertama saya di Auckland, pertama kalinya merayakan tanpa keluarga. Rasanya berbeda, tapi juga familiar. Saya merindukan banyak momen di Indonesia, tetapi sekaligus merasa bersyukur dengan pengalaman baru di Selandia Baru.
Ada yang Hilang di Idul Adha Tahun Ini
Sudah hampir sebulan saya tinggal di Auckland. Jujur, saya jatuh cinta dengan kota ini. Udara yang segar, pemandangan yang indah, dan suasana yang tidak terlalu ramai membuat saya betah disini. Saya juga sangat antusias memulai studi sebagai mahasiswi doktoral. Namun, selain rindu keluarga, ada satu hal besar yang hilang sebagai seorang Muslim: merdunya kumandang azan.
Sejak meninggalkan Indonesia, azan hanya terdengar dari—smartphone atau laptop. Saya juga tidak mendengar lantunan Al-Qur’an menjelang dan sesudah waktu shalat dari speaker masjid. Beberapa hari lalu, saya juga tidak mendengar takbir saat malam sebelum Idul Adha. Padahal, di Indonesia, suara takbir berkumandang sepanjang malam hingga perjalanan menuju masjid untuk shalat Idul Adha.
Shalat Idul Adha di Freeman Bays
Idul Adha di Selandia Baru jatuh pada 18 Juni 2024, sehari setelah Indonesia. Rasanya lucu ketika saya mengucapkan Idul Adha ke keluarga di Indonesia tanggal 17 Juni, lalu mereka membalas keesokan harinya 😅.
Ada beberapa tempat untuk melaksanakan shalat Idul Adha di Auckland. Bahkan ada yang dekat sekali, di kampus AUT. Namun, saya dan teman-teman memilih pergi ke Freemans Bay. Saya berangkat bersama tiga teman: Ayes (flatmate, pasti akan sering muncul di tulisanku nanti), Bu Prima (teman seperjuangan PhD), dan Rifka (teman yang saya kenal dari Ayes).
Perjalanan dari apartemen ke lokasi shalat Idul Adha lumayan jauh: 5 menit jalan kaki ke halte, 15 menit naik bus, lalu 10 menit jalan lagi ke tempat acara. Kenapa jauh-jauh, padahal ada yang lebih dekat?
Shalat Idul Adha di Freemans Bay diadakan oleh HUMIA (Himpunan Umat Muslim Indonesia Auckland). Jadi, kami ingin sekalian bertemu dengan teman-teman Indonesia lain (dan tentu saja, dapat makanan gratis—eh, bercanda… atau tidak juga sih 😅).
Shalat diadakan di Freemans Bay Community Centre. Bukan masjid, tapi panitia berhasil menyulap tempat itu menjadi ruang shalat sekaligus tempat silaturahmi. Saya terkejut melihat banyaknya jamaah, bukan hanya orang Indonesia, tapi juga dari etnis lain. Bahasa yang terdengar pun campuran Indonesia dan Inggris. Yang paling membuat haru: akhirnya setelah sekian lama saya mendengar suara takbir lagi secara live.
“Allahu Akbar Allahu Akbar La Ilaha Ilallah Wallahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.” (Allah is the greatest, Allah is the greatest. There is no deity (no god) besides Allah and Allah is the greatest. Allah is the greatest and to Allah, all praises belong).
Bahagia Bersama Teman… dan Makanan
Selain bersama Ayes, Bu Prima, dan Rifka, saya juga bertemu beberapa wajah yang familiar. Ada juga yang sebelumnya hanya pernah dengar namanya atau chat, seperti Adis dan Ira. Aku juga berkenalan dengan putri kecil Adis yang menggemaskan, Zi dan Zel. Rasanya mereka semua seperti keluarga baru di sini.
Dan tentu saja, makanan! Tradisinya kan memang begitu: shalat, bertemu keluarga/teman, lalu makan bersama. Menu yang disajikan beragam: nasi, iga bakar, sop daging, salad, berbagai macam buah, dan jajanan tradisional. Khusus anak-anak, ada menu tambahan sosis sebagai cemilan.
Aku sempat punya pengalaman kocak, nih. Di Indonesia, setahu saya iga bakar biasanya sapi, sedangkan sop biasanya kambing (pengalaman pribadi). Jadi, saya ambil iga bakar dan salad. Saya memang tidak terlalu suka kambing (karena baunya) dan sebenarnya juga tidak disarankan untuk saya (alasan kesehatan). Tapi ternyata, kata Bu Prima, iga bakar yang saya makan itu kambing! Seharusnya saya berhenti, tapi… lanjut makan 🤭. Alhamdulillah baik-baik saja, daan harus saya akui rasanya enak sekali sampai susah berhenti 😂.
Penutup
Saya memang rindu banyak hal dari Indonesia—terutama keluarga, suara azan, dan suasana khas Idul Adha. Tapi, saya juga sangat bersyukur diberi kesempatan tinggal dan belajar di Auckland.
Pesan moral dari pengalamanku:
- Jangan berasumsi soal makanan—tanya dulu sebelum ambil! Tapi saya tidak menyesal juga, karena iga kambingnya benar-benar uenaaak poll 😅.
- Selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.
- Jangan takut menjelajah, mengalami hal baru, dan bertemu orang baru—mungkin saja mereka menjadi sahabatmu.
Excellent
thank you