Hi friends! Tahukah kamu bahwa sebuah novel klasik bisa mengajarkan banyak hal tentang pendidikan, walaupun topik utamanya bukanlah pendidikan? Animal Farm karya George Orwell, bukanlah sekedar satire politik. Ini adalah salah satu novel klasik favorit saya. Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 isu pendidikan dalam novel Animal Farm yang bisa jadi cermin untuk dunia pendidikan modern.
Selayang Pandang tentang Animal Farm
Animal Farm bercerita tentang sekelompok hewan di sebuah peternakan milik Tuan Jones yang berusaha memperoleh kebebasan. Mereka menyadari bahwa selama ini diperbudak oleh manusia, misalnya susu mereka diperah, telur diambil, tenaga dieksploitasi, bahkan anak-anak mereka dikorbankan.
Setelah berhasil mengusir Tuan Jones, hewan-hewan itu dipimpin oleh dua babi cerdas, Snowball dan Napoleon. Dua babi ini dianggap lebih unggul dibandingkan hewan-hewan lainnya. Mereka menuliskan “Tujuh Sila” sebagai dasar kehidupan baru di peternakan. Namun, seiring waktu, perbedaan karakter antara Snowball dan Napoleon menimbulkan konflik.
Snowball diturunkan dari posisinya sebagai pemimpin. Napoleon akhirnya berkuasa penuh dengan gaya kepemimpinan otoriter, mengubah aturan sesuka hati, dan hanya memberikan pendidikan serta privilese kepada golongan babi.
Isu #1: Literasi Baca dan Tulis dalam Animal Farm
Mayoritas hewan di peternakan buta huruf. Mereka hanya mengandalkan pemimpin untuk menjelaskan informasi. Akibatnya, saat Tujuh Sila diubah sedikit demi sedikit, hampir tidak ada yang menyadarinya. Salah satu sila yang awalnya tertulis “semua hewan sama derajatnya” menjadi “semua hewan sama derajatnya, tetapi beberapa hewan lebih sama dari yang lain”
Relevansi saat ini: Rendahnya literasi membuat masyarakat mudah dipengaruhi informasi salah atau manipulasi kekuasaan. Di era digital, kekuasaan bukanlah hanya dipegang oleh ‘pemerintah’. Kekuasaan media sosial terlihat, diperkuat dengan kemungkinan manipulasi yang dilakukan oleh AI. Hal ini terkait dengan Isu #4 tentang keterampilan berpikir kritis. Literasi pada saat ini tidak terbatas baca-tulis, melainkan mengelola informasi yang didapatkan.
Isu #2: Motivasi Belajar Hewan
Meski pada awalnya ada kelas baca tulis yang diinisiasi Snowball, hanya sedikit hewan yang tertarik. Ada anjing yang bisa membaca tapi enggan melakukannya, kuda yang lebih memilih bekerja, atau hewan lain yang hanya ingin menulis namanya sendiri. Motivasi belajar yang rendah ini membuat pendidikan tidak merata, bahkan sebelum Napoleon melarang hewan selain babi untuk belajar.
Relevansi saat ini: Tanpa motivasi belajar, pendidikan hanya menjadi formalitas dan gagal meningkatkan kualitas hidup. Isu ini menunjukkan bukan hanya ketersediaan fasilitas pendidikan yang penting, melainkan juga bagaimana motivasi peserta didik untuk menempuh pendidikan.
Isu #3: Pendidikan Anak dalam Animal Farm
Snowball fokus mengajar hewan dewasa, sedangkan Napoleon memilih membina anak-anak anjing sejak lahir. Anjing-anjing kecil itu dididik hanya oleh Napoleon hingga tumbuh patuh dan loyal. Napoleon mengisolasi anak-anak anjing dari dunia sekitar. Mereka hanya bergantung pada Napoleon. Kelak, anak-anak anjing itu menjadi “tentara pribadi” Napoleon saat menggulingkan Snowball.
Relevansi saat ini: Pendidikan anak sangat menentukan arah masa depan. Sejak dini, anak bisa dibentuk untuk berpikir kritis atau justru dijadikan alat kekuasaan, tergantung siapa yang mendidik mereka. Dalam hal ini, kita perlu menyadari bahwa pendidikan anak tidak terlepas dari politik. Nilai yang ditanamkan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat sekitar, akan berpengaruh pada mindset anak.
Isu #4: Keterampilan Berpikir Kritis
Hewan-hewan di peternakan cenderung menjadi blind follower. Contoh paling jelas adalah Boxer, kuda pekerja keras dengan semboyan: “Aku akan bekerja lebih keras” dan “Napoleon selalu benar.” Tanpa kemampuan berpikir kritis, tenaga Boxer terus dieksploitasi. Dia yakin menyumbangkan tenaganya sebanyak mungkin, merupakan kontribusi untuk pemerintahan. Dia bekerja lembur dengan ‘upah’ yang tidak terlalu berbeda dengan hewan lainnya. Sadly, hingga akhirnya saat tidak produktif lagi, ia dijual ke penjagal.
Relevansi saat ini: Berpikir kritis adalah kunci agar tidak mudah diperdaya otoritas, baik di bidang politik maupun pendidikan. Informasi yang kita peroleh perlu untuk dianalisis terlebih dahulu. Jangan jadi blind follower dengan mempercayai seseorang ataupun sekelompok orang tanpa alasan yang jelas. Kisah hidup Boxer menjadi pelajaran penting dalam mengambil keputusan.
Isu #5: Privilege dalam Pendidikan
Golongan babi mendapat hak istimewa sejak awal. Mereka mendapatkan makanan lebih banyak, tempat tidur lebih nyaman, dan pendidikan eksklusif untuk anak-anak mereka. Sementara hewan lain hanya menjadi pekerja fisik tanpa kesempatan yang sama. Dari generasi ke generasi, ketimpangan semakin lebar.
Relevansi saat ini: Privilege dalam pendidikan nyata adanya. Misalnya, pada keluarga dengan kesenjangan ekonomi. Jika rantai kesenjangan ini tidak diputus, maka akses pendidikan yang layak tetap menjadi hak segelintir orang saja.
In The End . . .
Melalui Animal Farm, saya menyadari bahwa pendidikan tidak pernah netral. Ada kekuasaan, motivasi, hingga ketidakadilan di baliknya. Dari isu literasi, motivasi belajar, pendidikan anak, berpikir kritis, hingga privilege, semua tetap relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Novel klasik ini menjadi pengingat bahwa pendidikan harus inklusif, adil, dan berpihak pada semua golongan—bukan hanya segelintir kelompok berkuasa.
