Konsep dan 7 Tips Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis merupakan satu dari empat keterampilan di Abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C atau Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication

Pada artikel kita akan membahas tentang konsep berpikir kritis, karakteristik critical thinkers, isu terkait kemampuan berpikir kritis, tantangan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan tips mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Konsep Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Scriven & Paul [3] dalam 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform Tahun 1987 mengemukakan bahwa, 

Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, and/or evaluating information gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action.

Berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.

Kemampuan berpikir kritis didefinisikan sebagai kemampuan kita dalam menerima dan memproses informasi yang diperoleh secara kritis dan reflektif, sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh dan mampu diimplementasikan dengan tepat.

Karakteristik Critical Thinkers

Critical thinkers atau mereka yang mampu berpikir kritis memiliki karakteristik antara lain mampu mengemukakan alasan dengan efektif atau penalaran efektif (effective reasoning), menggunakan berpikir sistem (system thinking), membuat penilaian dan keputusan, serta menggunakan hasil analisisnya untuk menyelesaikan masalah [4].

#1 Kemampuan mengemukakan alasan / penalaran (reasoning)

Kemampuan mengemukakan alasan (penalaran) dapat secara induktif maupun deduktif. Secara induktif artinya penalaran yang diperoleh dari mengumpulkan dan menganalisis data terlebih dahulu. 

Misalnya, kita melihat Teman A bermain online game dan menunda menyesaikan tugasnya. Begitu pula Teman B dan C bermain online game dan menunda menyesaikan tugasnya. 

Simpulan yang kita ambil adalah bahwa bermain online game menyebabkan penundaan penyelesaian tugas. Ini diperoleh dari hal-hal spesifik dan ditarik simpulan atau generalisasinya. 

Sedangkan penalaran deduktif dimulai dari pernyataan umum terlebih dahulu. Misalnya, semua kucing mengeong, anggora adalah kucing, sehingga anggora mengeong.

#2 Kemampuan berpikir sistem (system thinking)

Selanjutnya adalah keterampilan berpikir sistem (system thinking) yang kini kepopulerannya kian meningkat, baik pada konteks pendidikan di sekolah, maupun pelatihan profesional. Keterampilan berpikir sistem yaitu kemampuan menganalisis keterkaitan antara tiap komponen untuk menghasilkan suatu sistem yang kompleks. 

Misalnya, menganalisis keterkaitan antara komponen komputer, dimana antar komponen berintegrasi membentuk suatu sistem yang kompleks, seperti kemampuan mengelola informasi. Implikasinya, dalam kehidupan kemampuan berpikir sistem membantu kita menganalisis berbagai komponen yang mempengaruhi suatu keadaan/situasi/masalah. 

#3 Kemampuan menilai dan membuat keputusan (judgment dan decisions-making)

Keterampilan ketiga yaitu kemampuan menilai dan membuat keputusan. Keterampilan ini mencakup bagaimana kita mampu menganalisis dan menginterpretasi data dari berbagai sudut pandang, serta menentukan simpulan dari hasil analisisnya. 

Apa perbedaannya dengan system thinking? System thinking fokus pada interaksi antar komponen dalam sistem. Sedangkan, kemampuan menilai dan membuat keputusan dapat dilakukan pada satu komponen atau masalah tertentu.

#4 Kemampuan memcahkan masalah (problem-solving)

Keempat, keterampilan memecahkan masalah. Kemampuan ini mengindikasikan bahwa kita mampu menyelesaikan masalah baik dengan cara konvensional maupun inovatif. Konvensional yaitu cara yang sudah umum digunakan, sedangkan inovatif berkaitan dengan cara baru atau tidak umum yang digunakan. Selain itu, juga mampu mengidentifikasi masalah dari berbagai sudut pandang dan menentukan solusi yang tepat.

Isu Terkait Kemampuan Berpikir Kritis

Kini kita berada pada era dimana teknologi digital berkembang dengan pesat. Hal tersebut memudahkan pemerolehan informasi dan komunikasi. Namun, juga memiliki tantangan yang harus dihadapi. Beberapa tantangan yang berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis antara lain.

  • Menjadi “blind follower”, yaitu mengikuti trend yang terjadi tanpa menganalisis terlebih dahulu tentang apa atau siapa yang diikuti. 
  • Penyebaran hoax dan miskonsepsi. Hoax yaitu berita palsu, sedangkan miskonsepi terkait pemahaman konsep yang salah. 
  • Isu terkait privasi dan keamanan digital.

Tantangan Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis

Kita semua pastinya ingin menjadi critical thinkers. Namun, seringkali kita tidak menyadari faktor yang menghambat kita untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Adapun tantangan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis [1][2], antara lain.

  • Sifat egosentris dan arogan. Egosentris dan arogan membuat kita hanya fokus pada pengetahuan atau keterampilan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan dan pendapat orang lain. Hal ini menyebabkan kita tidak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang tepat. Kita akan cenderung menggunakan kemampuan berpikir untuk berusaha mencari kesalahan dibandingkan menyelesaikan masalah.
  • Kurangnya pengetahuan yang mendalam. Kurangnya pengetahuan menyebabkan kita tidak mampu menganalisis suatu permasalahan karena kita tidak tahu apa dan bagaimana menganalisisnya. Ini terutama berkaitan dengan menganalisis dari berbagai sudut pandang. Kurangnya pengetahuan juga dapat disebabkan oleh ketidakinginan untuk mencari jawaban, seperti bertanya dan membaca.
  • Pemikiran kelompok. Ini salah satu alasan yang membuat kita sulit mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu cenderung memilih berpikir dalam pemikiran kelompok. Tidak ingin berbeda, takut untuk berbeda. Pemikiran kelompok adalah ‘comfort zone’ dibandingkan mengemukakan pendapat yang salah bagi beberapa orang. Alasan lain terkait pemikiran kelompok adalah keengganan untuk mengkritik pendapat ahli atau seseorang yang dianggap lebih ‘senior’.
  • Perasaan tertekan secara emosional. Yup, keadaan stress dan lelah dapat menyebabkan kita tidak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Walaupun ada pandangan kemampuan berpikir kritis dapat berkembang dalam ‘tekanan’. Pengembangannya lebih efektif dalam suasana yang nyaman.

Tips Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis

Beberapa tips yang dapat saya sarankan (berdasarkan pengalaman langsung maupun informasi dari sumber lainnya), antara lain sebagai berikut.

  1. Pahami alasan kesulitanmu dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, apakah karena kurangnya pengetahuan, perasaan takut salah atau mengkritik orang lain, atau mungkin mengganggap diri paling benar. Lalu tentukan solusi berdasarkan masalah tersebut. 
  2. Apabila kurang pengetahuan, berusahalah untuk memperkaya pengetahuan. Misalnya, membaca buku atau koran, menonton video di YouTube atau berita televisi, mendengarkan podcast, atau berdiskusi dengan orang lain. Kamu juga bisa mengikuti berbagai konferensi atau kursus online, banyak yang gratis juga. Kuncinya adalah kamu mau berusaha untuk memperkaya pengetahuanmu.
  3. Apabila karena perasaan takut salah atau bahkan dalam keadaan tertekan, buat dirimu menjadi lebih rileks, diskusikan perasaanmu dengan orang yang kamu percaya, bahkan tidak salah bagi kita untuk menemui ahli councelling. Usahakan kamu bergaul dalam lingkungan yang mendukungmu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, bukan sebaliknya.
  4. Apabila karena merasa diri paling benar? Come on, guys! You’re not the only special person in the world. Jadi, lebih menerima kekurangan diri sendiri, ya.
  5. Jangan dipaksakan! Maksudnya? Proses kognitif setiap orang berbeda. Bukan kamu tidak bisa berpikir kritis, melainkan dalam proses mengembangkan kemampuan tersebut. Banyak bertanya dan belajar sangat penting untuk kemampuan berpikir kritis. Intinya adalah proses yang harus dijalani. Kalau terlalu memaksakan dan muncul perasaan tertekan, akhirnya dapat menyebabkan pengembangan kemampuan berpikir kritis semakin terhambat.
  6. Latihan active listening. Ini berkaitan dengan cara menambah pengetahuan dan juga meningkatkan kemampuanmu dalam menganalisis. Ketika mendengar informasi tertentu berusaha untuk mempertanyakan berbagai hal tentang informasi tersebut, bukan hanya mendengarkan saja.
  7. Diskusikan dan komunikasikan pendapatmu. Tidak hanya mendengar dengan aktif, kita juga perlu ‘memaksakan’ untuk melatih diri mengungkapkan pendapat. Bisa melalui tulisan atau ucapan langsung. Misalnya, menulis buku diary atau blog, diskusi kelompok dengan teman tentang isu-isu terkini. Bahkan menulis komentar pada postingan orang lain! Tapi, bukan hate speech, ya!

Apakah artikel ini membuat pemahaman tentang kemampuan berpikir kritis meningkat? Intinya adalah kemampuan berpikir kritis merupakan satu dari beberapa keterampilan esensial bagi kita. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu kita menganalisis dan menemukan solusi pada permasalahan yang diharapi. Apakah kalian memiliki tips lain dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis?


Referensi
[1] Bhasin, H. (2019). 10 Common Barriers to Critical Thinking. Tersedia: https://www.marketing91.com/barriers-to-critical-thinking/
[2] OpenLearn. (-). 1 Barriers to Critical Thinking. The Open University. Tersedia: https://www.open.edu/openlearn/ocw/mod/oucontent/view.php?id=64740&section=1 
[3] The Foundation for Critical Thinking. (-). Defining Critical Thinking. Tersedia: https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766
[4] Trilling, B. & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning For Life in Our Times.San Fransisco: Jossey-Bass.

Post a Comment

0 Comments