Siapakah pedagog pada Zaman Yunani dan Romawi Kuno? Yuk, mengenal sejarah awal pedagog!

Penggunaan istilah pedagogik kini semakin marak di Indonesia. Pembahasan tentang pedagogik tidak terlepas dari istilah pedagog, yaitu seseorang yang dianggap sebagai pelaksana pedagogik, seorang pendidik. 

Istilah pedagogik dan pedagog tidak terlepas dari defisininya dalam Bahasa Yunani Kuno. Memang Yunani Kuno, secara tertulis, diyakini sebagai awal penggunaan istilah pedagog. Jadi, siapakah sebenarnya pedagog pada masa itu? 

Siapakah pedagog / paidagōgós?

Pedagog dalam Bahasa Yunani yaitu Paidagōgós, berasal dari kata pais (anak laki-laki, anak perempuan, atau anak) dan agein (untuk membimbing atau membawa)[1][2][3]. Paidagōgós (jamak: paidagōgoi) pada Zaman Yunani dan Romawi Kuno adalah budak yang ditugaskan untuk mendampingi anak majikannya. 

Budak yang dijadikan sebagai paidagōgós umumnya adalah warga negara asing, tahanan perang, dan secara fisik tidak terlalu kuat untuk melakukan pekerjaan berat. Oleh karena itu,  paidagōgós seringkali adalah seseorang yang sudah tua atau masih muda, tapi memiliki luka parah yang permanen [2][3].

Aneh ya? Mengapa paidagōgós bukanlah budak yang muda dan kuat fisiknya? Padahal untuk menjaga anak-anak majikan, loh

Ternyata, budak yang masih muda dan memiliki kondisi fisik yang baik diberikan tugas yang dianggap lebih produktif, seperti buruh kegiatan bisnis, navigasi, atau tugas lainnya dalam mengurus rumah. Tugas-tugas tersebut menurut masyarakat Yunani Kuno membutuhkan tenaga fisik yang lebih kuat dibandingkan mendampingi anak.

Ada perbedaan antara paidagōgós  dalam budaya Yunani dan Romawi Kuno. Pada budaya Yunani Kuno, seorang paidagōgós dapat bertanggungjawab pada lebih dari seorang anak. Biasanya saudara laki-laki akan memiliki paidagōgós yang sama. 

Berbeda dengan Budaya Romawi Kuno yang memiliki lebih dari seorang pedagog, apabila keluarga tersebut memiliki lebih dari seorang anak, bahkan ada pula yang dikhususkan untuk anak perempuan [2]

Alasannya entah karena masyarakat Romawi Kuno lebih kaya atau lebih mementingkan perkembangan anaknya, mungkin juga karena masyarakat Yunani Kuno menganggap sharing paidagōgós lebih bermanfaat bagi anak. Hingga saat ini, saya belum menemukan literatur yang menyatakan alasan perbedaan tersebut.

Pada masa itu, paidagōgós tidak bertugas mengajarkan mata pelajaran. Tugas pengajaran akademik merupakan tanggung jawab seorang schoolmaster atau guru sekolah, yang juga dikenal dengan istilah didáskalos

Jadi, pedagog atau paidagōgós bukanlah seorang guru pada zaman Yunani dan Romawi Kuno [2], setidaknya bukan sosok guru yang mengajar perihal akademik seperti pada masa kini.

Berapa lama pedagog / paidagōgós bertugas menjaga anak majikannya?

Dalam budaya Yunani Kuno, tugas pengasuhan anak diberikan kepada perawat atau pengasuh sejak anak lahir hingga mencapai usia enam atau tujuh tahun, yaitu ketika mereka sudah mulai mampu berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Usia ini pula dipahami sebagai usia anak siap masuk sekolah.

Setelah perawat atau pengasuh melepaskan tanggung jawabnya pada anak, paidagōgós berperan sebagai pendamping utama anak. Pendampingan itu terus berlanjut hingga anak mencapai kedewasaan, tahap akhir pubertas, atau disebut juga telah menjadi pemuda. Dinyatakan bahwa paidagōgós mendampingi anak sekitar 12 tahun lamanya [2]

Walaupun durasi tanggung jawab paidagōgós terhadap anak terbatas, waktu tersebut berlangsung lebih dari satu dekade. Oleh karena itu, banyak anak yang memiliki ikatan kuat dengan paidagōgós mereka [3]

Bahkan terkadang setelah anak menjadi dewasa, mereka akan ‘membebaskan’ paidagōgós-nya. Paidagōgós yang dibebaskan tidaklah berstatus budak lagi, melainkan masyarakat merdeka [2].

Sedangkan dalam Budaya Romawi Kuno, awalnya orang tua merawat anaknya hingga mereka masuk usia sekolah, lalu dilanjutkan oleh schoolmaster atau guru sekolah. Namun, sejak mengenal peradaban Yunani Kuno, Budaya Romawi Kuno juga mempekerjakan pedagog untuk mendampingi anak mereka, selain pendidikan dari guru di sekolah [1][2].

Apa tugas pedagog / paidagōgós?

Tugas utama paidagōgós adalah mengantarkan anak majikannya ke sekolah atau ke tempat lain yang perlu dikunjungi anak [1][2]3]. Paidagōgós digambarkan sebagai seseorang yang seringkali berjalan di belakang anak, membawakan buku teks atau instrumen musik yang diperlukan anak saat belajar di sekolah [1].

Paidagōgós juga berperan sebagai pendisiplin anak [3]. Orang tua mempercayai paidagōgós untuk mengawasi perilaku anak. Oleh karena itu, paidagōgós seringkali dikenal sebagai strict killjoy [2] atau seseorang yang ‘membatasi kesenangan’. 

Paidagōgós memberikan anak batasan terkait etika dan norma dalam berperilaku, antara lain bagaimana berbicara dengan orang tua atau cara berjalan ketika di tempat umum.

Umumnya paidagōgós adalah budak yang tidak berpendidikan [1][2]. Namun, seringkali ada keluarga yang memiliki paidagōgós berpendidikan baik. 

Umumnya bukan karena orang tua memilih paidagōgós berpendidikan tersebut secara terencana, melainkan hanya kebetulan dipekerjakan. Ini dapat menjadi suatu keberuntungan bagi anak dan keluarganya. Karena paidagōgós dapat membimbing anak terkait etika dan norma secara tepat.

Sebagai pendisiplin, ada dua tipe paidagōgós, yaitu lembut dan kasar. Paidagōgós yang memiliki karakter lembut cenderung tegas, tapi tidak memberikan hukuman fisik. 

Sedangkan paidagōgós yang kasar seringkali memberikan hukuman fisik ketika anak melakukan kesalahan, seperti mencubit, membentak, bahkan memukul anak. Hukuman yang populer pada masa itu adalah menjewer telinga anak [2]

Apakah orang tua anak tidak membela anak? Tidak. Alasannya adalah paidagōgós bertugas terhadap pendisiplinan anak dan hukuman fisik pada anak yang bersalah merupakan hal yang dianggap wajar pada masa itu, bahkan hukuman dari orang tua kepada anaknya sendiri. 

Oleh karena itu, paidagōgós yang memberikan hukuman fisik bukanlah hal yang dianggap negatif bagi orang tua dan masyarakat.

Walaupun demikian, paidagōgós juga dikenal sebagai pelindung anak [3]. Paidagōgós melindungi anak dari bahaya di luar maupun di dalam lingkungan rumah. 

Paidagōgós seringkali bersedia disalahkan karena perilaku kurang baik yang ditunjukkan anak dan mendapat hukuman dari orang tua anak. Bahkan ada paidagōgós yang rela kehilangan nyawa untuk melindungi anak majikannya.

Overall . . .

Pada Zaman Yunani dan Romawi Kuno, pedagog umumnya adalah budak yang hanya memiliki tugas utama mendampingi anak, bukan mengajar materi pelajaran akademik, seperti aljabar dan literasi. 

Pedagog cenderung tidak memiliki standar pendidikan yang dimiliki seorang schoolmaster. Walaupun demikian, terdapat pula pedagog yang memiliki kemampuan luar biasa, misalnya pedagog yang ditugaskan sebagai tutor untuk Achilles [1].  

Achilles memang tidak dapat dipastikan kebenarannya. Karena merupakan bagian dari mitologi. Bisa jadi hanya fiktif, legenda atau mungkin representatif dari tokoh nyata. 

Esensinya adalah dengan disebutkannya pedagog yang berperan dalam kesuksesan Achilles, nyata atau tidak nyata, mengindikasikan bahwa pedagog bisa lebih sekedar budak perang bermuka masam yang mengantarkan anak majikannya keberbagai tempat.


Referensi

[1] Compayré, Gabriel. (2020). The History of Pedagogy. Diterjemahkan oleh W. H. Payne. The Project Gutenberg Ebook. Originally published in Boston by D. C. Heath & Company in 1889.

[2] Smith, M. K. (2012, 2021). ‘What is pedagogy?’, The encyclopedia of pedagogy and informal education. Link: https://infed.org/mobi/what-is-pedagogy/

[3] Young, Norman. (n.d.). Pedagogy: A lexical oddity. Link: https://core.ac.uk/download/pdf/234110639.pdf 

Post a Comment

0 Comments