IELTS (International English Language Testing System) merupakan satu dari beberapa tes Bahasa Inggris yang diakui secara internasional, yang menguji keterampilan listening, reading, writing, dan speaking. Mungkin teman-teman pernah mendengar beberapa jenis tes lainnya, seperti TOEFL, TOEIC, dan PTE.
Pada artikel ini, saya tidak akan menuliskan perbedaan antara beberapa jenis tes tersebut, melainkan membagikan pengalaman saya ketika mengikuti tes IELTS paper-based dan computer-based. Apabila teman-teman belum tahu tentang IELTS, seperti jumlah soal, waktu pelaksanaan, dan skor yang diberikan, kalian dapat membacanya pada link berikut.
Pengalaman Tes IELTS
Saya sudah mengikuti tes IELTS dua kali. Pada Maret 2020, saya mengikuti paper-based IELTS, yaitu tes IELTS yang menggunakan printed-paper atau kertas cetak untuk soal maupun lembar jawaban. Sedangkan pada Maret 2022, saya memilih untuk melaksanakan computer-based IELTS, dimana soal dan pengerjaannya berbasis komputer. Keduanya, saya mengikuti Academic IELTS.
Academic IELTS diperuntukkan bagi yang ingin melanjutkan studi di negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Jadi, Academic IELTS dapat digunakan dalam proses aplikasi universitas dan beasiswa pendidikan.
Untuk biaya, tidak ada perbedaan antara paper-based IELTS (PBT) dan computer-based IELTS (CBT). Saya membayar biaya yang berbeda bukan karena menggunakan mode yang berbeda, melainkan tes pada tahun yang berbeda. Di tahun 2020, biaya yang saya keluarkan yaitu 2,8 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2022 adalah 3 juta rupiah.
Jadi, apa perbedaan antara paper-based IELTS dan computer-based IELTS?
Perbandingan IELTS PBT dan CBT
Listening
Baik pada PBT dan CBT, kita diminta untuk menyelesaikan 40 soal dalam waktu 30 menit. Apabila pada PBT akan diberikan waktu sekitar 10 menit pada akhir tes listening, yang tujuannya adalah menyalin dan mengecek kembali jawaban pada lembar jawaban, kita hanya akan diberikan waktu 2 menit pada CBT.
CBT menyediakan fitur highlight dan note untuk menggantikan kebiasaan kita menggaris bawahi soal dan pilihan jawaban, serta menuliskan catatan yang mungkin dibutuhkan.
Selain itu, apabila pada PBT, kita harus menuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan, pada CBT, tidak semua jawaban perlu diketik ulang. Ada beberapa jawaban yang hanya perlu kita klik atau drag saja. Bahkan fitur copy dan paste pun dapat digunakan dengan cara menekan CTRL + C dan CTRL + V (bukan menggunakan mouse).
Fitur tersebut dapat membantu kita meminimalisir kesalahan dalam menuliskan jawaban IELTS dan tentunya membantu manajemen waktu.
Reading
Ketika mengikuti PBT untuk reading, saya harus membolak-balikkan kertas untuk melihat teks bacaan karena teks dan pertanyaan ada pada lembar yang berbeda. Sedangkan dengan CBT, tampilan teks dan pertanyaan side-to-side atau bersebelahan.
Sama halnya dengan listening, pada bagian reading juga disediakan fitur highlight dan note. Kita dapat menandai kata-kata kunci dan menuliskan catatan apabila diperlukan. Copy dan paste juga dapat dilakukan. Ada pula soal yang hanya perlu kita klik atau drag saja.
Pengalaman saya ketika latihan soal IELTS reading PBT, saya pernah tertukar menuliskan jawaban pada tipe soal Yes/No dengan True/False. Kesalahan itu tidak mungkin terjadi dengan CBT karena kita tinggal klik saja jawaban yang kita anggap benar pada tipe soal tersebut.
Kita juga dapat melihat durasi waktu pengerjaan. Walaupun ketika durasi tinggal tersisa 1 menit, tidak akan ada hitungan mundur dalam detik. Kita harus mengira-ngira berapa detik yang tersisa. Tampilan akan tertutup secara otomatis ketika waktu sudah selesai.
Writing
IELTS writing dengan mode CBT sangat terasa perbedaannya dengan PBT. Pertama, terkait dengan manajemen waktu yang sama halnya dengan listening dan reading, menyediakan penunjuk durasi pengerjaan.
Kedua, kita dapat memindahkan, menghapus, atau menambah kalimat dengan lebih mudah. Ketika saya mengikuti IELTS PBT, saya merasa sulit ketika ingin menyisipkan kalimat atau kata tertentu. Terutama ketika ingin menghapus kalimat di tengah paragraf. Pada IELTS CBT hal tersebut menjadi tidak rumit.
Selain itu, kita juga tidak perlu repot menghitung jumlah kata yang telah kita tulis karena terdapat penghitung otomatis seperti pada Ms Word, loh! Tidak perlu lagi khawatir apakah pada Task 1 kita telah menulis 150 kata dan Task 2 sejumlah 250 kata.
Speaking
Berbeda dengan listening, reading, dan writing, speaking pada IELTS CBT tidak menggunakan komputer. Jadi, kita tetap akan bertatap muka secara langsung dengan pengujinya.
Personally, saya lebih nyaman dengan mode seperti itu dibandingkan harus merekam video di depan komputer ketika ujian. Saya dapat berinteraksi secara langsung dengan penguji dan melihat ekspresi penguji.
Apakah lebih baik IELTS paper-based atau computer-based?
Berdasarkan pengalaman saya, saat PBT mata tidak mudah lelah karena menatap kertas, bukan komputer. Selain itu, terkait mencatat note kecil, saya merasa mencatat di kertas lebih cepat dibandingkan mengetik di komputer.
Walaupun demikian, CBT memberikan lebih banyak kemudahan. Pada saat listening, kita mendapat headphone agar lebih fokus. Saat reading, teks dan pertanyaan yang bersebelahan pada layar lebih memudahkan saya dalam mengerjakan soal. Fitur highlight juga dapat menggantikan kebutuhan menggaris bawahi kata-kata penting. Selain itu, fitur pada writing test juga sangat membantu, seperti penunjuk waktu dan penghitung jumlah kata.
In addition, kita dapat melihat hasil IELTS CBT hanya dalam waktu 3-5 hari. Sedangkan untuk PBT membutuhkan waktu sekitar 2 minggu.
So, IELTS PBT cocok untuk kalian yang lebih nyaman melihat kertas, dibandingkan bekerja dalam waktu lama dengan menatap komputer. Namun, apabila tidak memiliki kendala mengerjakan soal pada komputer dan membutuhkan hasil IELTS dalam waktu singkat, IELTS CBT dapat dijadikan pilihan.
0 Comments