Definisi Filsafat: apakah filsafat merupakan suatu proses berpikir atau hasil pemikiran?

Kini peminat kajian filsafat kembali meningkat. Kekhawatiran mempelajari filsafat mulai menurun. Terutama dengan banyaknya kajian tentang filsafat dengan bahasa yang friendly bagi kaum muda dan juga konten yang relate dengan keseharian mereka, misalnya kajian tentang filsafat stoic yang mulai hype kembali akhir-akhir ini. Tapi, apa sebenarnya filsafat itu?

DEFINISI PHILOSOPHIA, PHILOSOPHY, DAN FILSAFAT 

Filsafat berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani Kuno, yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan.

Secara literal, philosophia diartikan sebagai cinta pada kebijaksanaan [2][5][6] atau suatu cara baru untuk memahami dunia [2].

Dalam Merriam-webster Online Dictionary, philosophia diterjemahkan menjadi “philosophy” yang memiliki sejumlah arti, antara lain suatu pencarian umum terhadap pemahaman umum tentang nilai dan realitas, suatu analisis keyakinan fundamental, serta suatu teori yang mendasari tindakan atau pemikiran [3].

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia [6], philosophia diterjemahkan ke dalam kata “filsafat” yang didefinisikan sebagai sikap hidup atau pandangan hidup. 

Pada awalnya, ketika para filsfuf menggunakan istilah filsafat, yang mereka maksud adalah studi akademik tentang berbagai hal, yaitu suatu ilmu yang universal [2][6]. Kemudian berkembanglah disiplin ilmu otonom, seperti psikologi, sosiologi, biologi, dan sebagainya. 

Walaupun terdapat banyak definisi tentang istilah philosophia, philosophy, dan filsafat. Namun, secara umum dalam penggunaannya, makna fisafat mengacu pada dua hal, yaitu filsafat sebagai suatu aktivitas atau proses berpikir dan filsafat sebagai suatu sistem pernyataan atau hasil pemikiran [1][6]

FILSAFAT SEBAGAI SUATU AKTIVITAS ATAU PROSES BERPIKIR

Filsafat sebagai suatu aktivitas maknanya adalah bahwa filsafat merupakan suatu proses berpikir dalam berusaha memahami suatu pertanyaan fundamental.

Misalnya, “Mengapa kamu melakukan hal yang kamu lakukan?”, “Mengapa kamu berpikir tentang apa yang kamu pikirkan?” atau “Mengapa kamu merasakan apa yang kamu rasakan”.  

Excuse me, what???? Ini yang terkadang buat filsafat terkesan horror. Pertanyaannya sangat dalam dan ‘membingungkan’. Tapi, apakah memang begitu?

Fenomena #1

Apabila kalian pernah menonton serial kartun The Legend of Aang, kalian akan sangat familiar dengan perebutan kekuasan yang dilakukan oleh negara api. Mereka bahkan rela menghancurkan negara-negara lainnya. Apakah kalian pernah merasa penasaran, “mengapa negara api menyerang negara-negara lainnya?” = “mengapa mereka melakukan hal yang mereka lakukan?"

Kalian mungkin akan menjawab karena keserakahan. Ini akan memunculkan pertanyaan lainnya, “mengapa kamu berpikir itu karena keserakahan?”, dan pertanyaan lain yang mungkin muncul sebagai respon jawaban yang didapatkan.

Pertanyaan-pertanyaan akan terus muncul pada suatu permasalahan fundamental ketika kita ingin mendapatkan esensi dari suatu fenomena atau peristiwa, yaitu suatu proses ‘memanjakan’ rasa penasaran dalam diri manusia.

Fenomena #2

Pada buku Dunia Sophie yang ditulis oleh Jostein Gaarder, Sophie mendapatkan sebuah surat. Disana tertulis sebuah pertanyaan, “Siapakah aku?”

Sophie memikirkan pertanyaan tersebut. Dia yakin bahwa dia adalah Sophie. Tapi, kemudian dia mulai mempertanyakan benar dia adalah Sophie. Kalau dia bukan Sophie, lalu dia siapa? Siapa yang menyatakan bahwa dia Sophie? Bagaimana apabila ketika ia lahir orang tuanya memberi nama lain? Apakah artinya Sophie tidak akan pernah ada?

Pertanyaan yang terkesan sederhana, “Siapakah aku?” Namun, ini adalah pertanyaan fundamental yang dipikirkan para filsuf berabad-abad, yaitu tentang eksistensi manusia dan beings.

Berdasarkan dua fenomena yang diungkapkan diatas, tanpa kita sadari, mungkin kita telah mulai berfilsafat, yaitu filsafat sebagai suatu proses berpikir!

Kita mempertanyakan banyak hal dalam kehidupan. “Mengapa hal ini terjadi?”, “Bagaimana?”, “Apakah mungkin?”, dan banyak pertanyaan lainnnya.

Ini sebenarnya membuktikan filsafat sebagai proses berpikir dapat menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Tidak hanya menggunakan bahasa rumit. Inti dari pemikiran filsafat yaitu bersifat reflektif sistematis dan kritis kontemplatif [6].

Reflektif sistematis dapat dimaknai bahwa proses berfikirnya memiliki prosedur yang jelas, mencakup tahap-tahap tertentu dalam berusaha menemukan jawaban. Sedangkan kritis kontemplatif mengacu pada proses berpikir yang mendalam untuk mengungkap esensi hal yang dipikirkan.

FILSAFAT SEBAGAI SUATU SISTEM PERNYATAAN ATAU HASIL PEMIKIRAN

Selain sebagai suatu proses atau aktivitas berpikir, filsafat juga dimaknai sebagai suatu sistem pertanyaan atau hasil pemikiran.

Filsafat sebagai suatu hasil pemikiran memaknai filsafat berupa sekelompok teori atau sistem pemikiran yang bersifat komprehensif, yang merupakan hasil dari filsafat sebagai suatu proses berpikir [2][6].

Jadi, makna filsafat sebagai suatu aktivitas merupakan suatu kegiatan berpikir secara mendalam untuk berusaha mendapatkan jawaban dari pertanyaan fundamental. Berkaitan dengan tersebut, filsafat sebagai suatu hal pemikiran mengacu para hasil dari proses berpikir atau rumusan jawaban pertanyaan fundamental.

Beberapa contoh dari filsafat sebagai suatu sistem pernyataan atau hasil pemikiran adalah berbagai aliran filsafat, antara lain filsafat idealisme, filsafat realisme, filsafat pragmatisme, dan filsafat Pancasila. Begitu pula dengan filsafat stoic yang kini sedang meningkat popularitasnya.

Selain itu, pernyataan dan kutipan atau kata mutiara yang diucapkan filsuf ternama juga termasuk filsafat sebagai suatu sistem pernyataan yang menekankan paradigma berpikir atau keyakinan filsuf pada hal tertentu. Apakah ada kutipan favorit yang kalian ingat?

Cogito, ergo sum - René Descartes -

“Cogito, ergo sum” menjadi satu dari berbagai kutipan populer. Dapat diartikan sebagai “I think therefore I am” atau “Aku berpikir maka aku ada”.

Decartes tidak menyatakan bahwa tanpa berpikir, eksistensi atau keberadaannya akan hilang [4]. Namun, maksudnya adalah dia menyadari akan eksistensinya melalui berpikir. Ini adalah contoh hasil pemikiran yang diperoleh René Descartes.

Overall, filsafat secara literal atau etimologis diartikan sebagai cinta pada kebijaksanaan. Karena cinta akan kebijaksanaan, filsuf akan berusaha untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dianggap esensial agar mereka mampu bertindak lebih bijak. Definisi filsafat juga dapat dikategorisasikan sebagai suatu proses berpikir maupun hasil pemikiran.


REFERENCES

[1] Brezinka, W. (1992). Philosophy of Education. Bagian II Buku Philosophy of Educational Knowledge. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

[2] Green, H. (2016). What is Philosophy?: Crash Course Philosophy #1. Youtube CrassCourse Channel. Tersedia: https://www.youtube.com/watch?v=1A_CAkYt3GY&t=136s 

[3] Merriam-Webster Online Dictionary. Philosophy. Tersedia: https://www.merriam-webster.com/dictionary/philosophy 

[4] New World Encyclopedia. Cogito ergo sum. Tersedia: https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Cogito_ergo_sum 

[5] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2017). Landasan Filsafat Pendidikan. Bab 5 Buku Landasan Pendidikan. Bandung: UPI Press.

[6] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2015). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.



Post a Comment

0 Comments