Cabang-cabang filsafat dapat dikelompokkan ke dalam cabang filsafat umum dan cabang filsafat khusus atau terapan. Cabang filsafat umum mengkaji tentang metafisika, epistemologi, aksiologi, logika [1][2][3].
Sedangkan cabang filsafat khusus mengkaji tentang berbagai cabang filsafat dalam kaitannya dengan disiplin ilmu tertentu, misalnya filsafat hukum, filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.
Pada artikel ini, akan dibahas tentang cabang filsafat umum, yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika.
METAFISIKA
Metafisika berasal dari kata μετά (metá, "after") and φυσικά (physiká, "physics") dalam Bahasa Yunani, yang dapat dimaknai sebagai studi yang tidak terbatas oleh hal fisik.
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat realitas untuk memahami hakikat fundamental tentang dunia, alam semesta, dan being [1][3].
Metafisika umum (ontologi) fokus pada realitas being, yaitu “keberadaan” suatu hal. Misalnya, “apakah sesuatu yang ‘ada’ esensinya material atau nonmaterial?” dan “apakah realitas being merupakan sesuatu yang statis atau dinamis?”
Sedangkan metafisika khusus terdiri dari studi realitas yang terfokus pada hakikat alam semesta (kosmologi), hakikat keberadaan Tuhan (teologi), dan hakikat manusia (antropologi).
Kosmologi mengkaji pertanyaan-pertanyaan seperti, “Bagaimana terciptanya alam semesta?”, “Bagaimana karakteristik di ruang angkasa?”, “Apa elemen yang membentuk alam semesta?”, dan pertanyaan lain terkait alam semesta (universe). Teori Big Bang merupakan satu dari banyak teori yang lahir dari kosmologi.
Selanjutnya adalah teologi. Teologi memiliki ruang lingkup studi hakikat keberadaan Tuhan. Tuhan dari beragam agama menjadi kajian teologi, termasuk keagungan, kekuatan, karakteristik, keindahan, dan atribut lainnya. Teologi tidak hanya terbatas oleh kajian Tuhan dalam agama tertentu. Melainkan juga non-agama, misalnya dewa dalam kajian mitologi.
Selain kosmologi dan teologi, cabang metafisika khusus lainnya yaitu antroplogi yang mengkaji tentang hakikat manusia. Antropologi mengkaji tentang apa yang esensial dalam diri manusia, bagaimana manusia tercipta, dan ‘misteri’ lainnya tentang manusia yang sering dipertanyakan.
EPISTEMOLOGI
Cabang filsafat umum selanjutnya yang akan dibahas adalah epistemologi. Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani, terdiri dari kata epistÄ“mÄ“ (“pengetahuan atau pemahaman”) and logos (“alasan atau argumen”). Secara literal diterjemahkan sebagai argumen pengetahuan.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat pengetahuan [3] dan cakupannya (scope) [1][3]. Maksud cakupan pengetahuan adalah bahwa epistemologi mengkaji keseluruhan komponen pengetahuan, antara lain sumber, metode memperoleh, dan kriteria kebenarannya.
Epistemologi merupakan studi “knowing about knowing” atau upaya mengetahui tentang proses mengetahui.
Beberapa pertanyaan yang termasuk dalam epistemologi, misalnya “Apa yang dimaksud pengetahuan?”, “Bagaimana cara memperoleh pengetahuan tertentu?”, dan “Apakah pengetahuan yang telah kita miliki sudah benar atau ada kekeliruan?”
AKSIOLOGI
Apa itu aksiologi? Aksiologi berasal dari kata ἀξία atau axia (nilai) dan λογία atau logia (studi tentang). Aksiologi merupakan cabang filsafat yang megkaji tentang hakikat nilai [1][3] atau terkadang disebut sebagai teori nilai [1]. Aksiologi meliputi etika dan estetika.
Etika yaitu cabang filsafat yang mengkaji dan mengevaluasi tentang perilaku manusia. Etika tidak hanya suatu kode atau aturan tentang apa yang benar dan salah, melainkan juga studi tentang bagaimana manusia seharusnya hidup bersama dengan manusia lainnya [1].
Misalnya, “apakah lebih baik berkata jujur tapi menyakiti perasaan orang lain atau berbohong agar tidak melukainya?”
Etika berkaitan dengan keyakinan seseorang, terkadang dipengaruhi oleh kepribadian dan lingkungan tempat tinggal. Etika cenderung banyak dikaji dalam pendidikan karakter, moral, dan aturan masyarakat.
Selain etika, ada pula estetika. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat keindahan dan seni, antara lain memahami makna dan esensi keindahan, serta apakah keindahan benar ada (exist).
Apabila etika berkaitan dengan nilai hidup bersama antar manusia, estetika berkaitan dengan nilai yang lebih subyektif. Misalnya, ketika melihat sebuah lukisan, kriteria ‘keindahan’ setiap orang berbeda, sehingga mungkin sulit untuk menemukan titik temu nilai indah tersebut.
LOGIKA
Metafisika, epistemologi, dan aksiologi merupakan cabang filsafat yang berusaha mengetahui tentang sesuatu. Berbeda dengan tiga cabang tersebut, logika tidak berusaha untuk mempertanyakan, melainkan berusaha memberikan jawaban [1].
Oleh karena itu, logika diumpakan sebagai toolbox atau kotak perkakas bagi filsuf, yang berfungsi membantu menjawab pertanyaan dengan jelas dan sistematis.
Logika erat kaitannya dengan reasoning, yaitu keterampilan untuk memberikan dan mempertahankan argumen. Keterampilan ini tidak hanya diperlukan filsuf, melainkan menjadi satu dari beberapa keterampilan abad 21.
Reasoning diperlukan untuk menghambat, meminimalisir, atau menghapus terjadinya kekeliruan dalam berpikir (fallacy), yaitu kegagalan atau kesalahan ketika mengelola pikiran, yang dapat menyebabkan argumen menjadi tidak valid (invalid) atau tidak masuk akal (unsound).
Kita selalu menggunakan logika selama kita menyatakan argumen, misalnya argumen dalam memilih jurusan kuliah, ketika memilih menu berbuka puasa, atau bahkan ketika mempertimbangkan membeli barang saat diskon di Shopee.
Setidaknya terdapat dua prinsip terkait penggunaan logika dalam berfilsafat yaitu, principle of charity dan critical evaluation [1].
Principle of charity merupakan suatu prinsip yang menganjurkan kita selalu berusaha untuk memahami versi argumen terkuat atau yang paling persuasif.
Sedangkan pada critical evaluation, kita didorong untuk menghancurkan asumsi atau prasangka awal yang disebabkan atau dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimiliki.
Kita dituntut untuk mengkritisi ide atau pilihan yang dipilih oleh orang lain atau bahkan pilihan awal kita sendiri. Ini bertujuan agar kita mampu menentukan pilihan terbaik versi kita sendiri, bukan hanya mengikuti pandangan dunia atau mayoritas di sekitar kita.
REFERENCES
[1] Green, H. (2016). What is Philosophy?: Crash Course Philosophy #1. Youtube CrassCourse Channel. Tersedia: https://www.youtube.com/watch?v=1A_CAkYt3GY&t=136s
[2] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2017). Landasan Filsafat Pendidikan. Bab 5 Buku Landasan Pendidikan. Bandung: UPI Press.
[3] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2015). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.
0 Comments