Filsafat Realisme dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas tentang “Filsafat Idealisme dan Implikasinya Terhadap Pendidikan”. Pada artikel ini akan dikaji tentang filsafat realisme dan implikasinya terhadap pendidikan.

FILSAFAT REALISME

Istilah realisme fokus pada fakta atau realitas dan penolakan terhadap hal yang tidak praktis dan visioner [2]. Berbeda dengan filsafat idealisme yang beranggapan bahwa realitas bergantung pada persepsi kita terhadap suatu hal, filsafat realisme meyakini bahwa keberadaan suatu benda tidak bergantung pada persepsi manusia [1]

Beberapa filsuf realisme antara lain Aristoteles, Thomas Aquinas, Francis Bacon, dan John Locke [3].

Metafisika

Metafisika yang akan dikaji yaitu hakikat realitas dan hakikat manusia. Hakikat realitas filsafat realisme dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu materialisme, dualisme, dan pluralisme [3].

Paham materialisme beranggapan bahwa kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik. Di sisi lain, paham dualisme menyatakan bahwa kenyataan tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan bersifat fisik dan juga rohaniah. Sedangkan paham pluralisme mengemukakan bahwa kenyataan yang sebenarnya terbentuk dari berbagai bentuk kenyataan.

Filsuf realisme umumnya memandang dunia dalam pengertian materi yang hadir dengan sendirinya, tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luar campur tangan manusia. Dunia ditafsirkan sebagaimana adanya, sesuai dengan realitas yang ada, bukan sesuatu yang ideal atau apa yang seharusnya [6].

Terkait hakikat manusia, filsafat realisme menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada apa yang dikerjakan, sehingga mereka dapat menjadi bebas atau mungkin juga tidak merasakan kebebasan. Ini berkaitan dengan dirinya, serta masyarakat dan budayanya [4][6].

Epistemologi

Berbeda dengan filsafat idealisme yang beranggapan bahwa manusia membawa pengetahuan ketika mereka lahir, filsuf realisme meyakini bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan atau ide ketika mereka lahir [3][6][7]. Teori ini dikenal sebagai teori tabula rasa.

Karena tidak membawa pengetahuan ketika mereka lahir, manusia memperoleh pengetahuan di dunia melalui penginderaan. Namun, pengetahuan yang diperoleh manusia tentang realitas tidak dapat mengubah substansi atau esensi realitas [7]. Artinya, pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui pengindraan tidak tergantung dengan gagasan dan persepsi manusia.

Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta. Oleh karena itu, uji kebenaran pengetahuan didasarkan atas teori korespondensi [3][6][7] yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan faktanya sendiri, atau antara pikiran dan realitas situasi lingkungannya [3]. Misalnya, Bandung terletak di Indonesia.

Aksiologi

Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam [6][7] yang diperoleh melalui ilmu [3]. Hal ini berkaitan dengan keyakinan filsuf realisme bahwa manusia tidak dapat mempengaruhi realitas yang ada di alam semesta. Nilai bersifat absolut dan universal. Sedangkan nilai keindahan dianggap sebagai cerminan dari alam.

Pada taraf yang lebih rendah, tingkah laku manusia diatur oleh kebiasaan atau adat istiadat yang telah teruji dalam kehidupan [6][7]. Suatu tindakan benar apabila kebenarannya dapat dibuktikan dalam kehidupan secara langsung.

FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME

Berdasarkan metafisika, epistemologi, dan aksiologinya, implikasi filsafat realisme terhadap pendidikan akan dikaji berdasarkan komponen tujuan pendidikan, isi pendidikan atau kurikulum, metode pendidikan, serta peranan pendidik dan peserta didik.

Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan dalam filsafat pendidikan realisme yaitu agar peserta didik mampu menyesuaikan diri, baik dalam lingkungan alam maupun lingkungan sosial [6][7]. Selain itu, pendidikan juga bertujuan mempersiapkan peserta didik agar dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya [3][6][7].

Isi Pendidikan

Adapun isi pendidikan atau kurikulum filsafat pendidikan realisme bersifat komprehensif, yaitu mencakup semua pengetahuan yang dianggap berguna untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial [3][6], antara lain sains dan matematika, serta ilmu kemanusiaan dan nilai sosial [7]

Sains dan matematika dianggap sangat penting karena memberikan peserta didik pengetahuan dan keterampilan untuk hidup berdampingan dengan alam. Sedangkan ilmu kemanusiaan dan nilai sosial berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan di lingkungan masyarakat.

Isi pendidikan mencakup unsur pendidikan liberal atau pendidikan umum dan pendidikan vokasional atau praktis. Selain itu, disiplin mental dan moral juga berusaha ditanamkan dalam diri peserta didik.

Metode Pendidikan

Pendidikan dilaksanakan dengan memberikan dan mempertimbangkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung [1][6][7]

Metode mengajarnya bersifat logis, bertahap, dan berurutan. Artinya metode pengajaran tidak dilaksanakan secara acak, melainkan memiliki tahapan atau prosedur yang harus harus diterapkan. 

Pembiasaan merupakan metode utama yang digunakan dalam filsafat pendidikan realisme, antara lain melalui stimulus-respon yang dirumuskan oleh pendidik. Misalnya, dengan memberikan reward apabila peserta didik menunjukkan perilaku yang diharapkan.

Peranan Pendidik dan Peserta Didik

Pendidik berperan dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan terkait teknik-teknik pendidikan untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan padanya [3][7]

Berbeda dengan filsafat pendidikan idealisme yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk memilih, filsafat pendidikan realisme lebih menekankan pada pendidik sebagai pusat pembelajaran. Sedangkan peserta didik berperan dalam mentaati aturan dan disiplin [6]

Peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan yang diberikan oleh pendidik, serta menjalankan peraturan yang telah ditetapkan oleh pendidik. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan pada filsafat pendidikan realisme yang menuntut peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan atau mampu beradaptasi dengan baik.

SIMPULAN

Filsafat realisme menekankan bahwa hakikat realitas bersifat alamiah, hadir dengan sendirinya. Keberadaan dan makna suatu benda di dunia tidak berkaitan dengan persepsi manusia terhadap hal tersebut. Begitu pula dengan manusia, hakikatnya bergantung pada apa yang dikerjakannya.

Implikasinya, filsafat pendidikan realisme menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyesuaikan diri di lingkungan alam maupun lingkungan sosial.


REFERENCES
[1] Britannica Online Dictionary. Realism. Tersedia: https://www.britannica.com/topic/realism-philosophy 
[2] Merriam-Webster Online Dictionary. Realism. Tersedia: https://www.merriam-webster.com/dictionary/realism 
[3] Mudyahardjo, R. (2008). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[4] Sadulloh, U. (2017). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
[5] Stanford Encyclopedia of Philosophy. Realism. Tersedia: https://plato.stanford.edu/entries/realism/  
[6] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2017). Landasan Filsafat Pendidikan. Bab 5 Buku Landasan Pendidikan. Bandung: UPI Press.
[7] Syaripudin, T. & Kurniasih. (2015). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Post a Comment

0 Comments