Teknik Pomodoro: apa, mengapa, dan bagaimana?

Hi, learners! Ada beberapa hambatan yang seringkali kita rasakan ketika ingin menyelesaikan tugas, yaitu menunda untuk mulai mengerjakan dan gagal fokus. Alasan menunda atau disebut pula prokrastinasi dan sulit untuk fokus pun beragam, seperti rasa takut gagal, menunggu inspirasi, atau lingkungan kurang mendukung. 

Pernahkah kalian tiba-tiba hilang fokus ketika belajar? Sebenarnya ini merupakan proses otak kita ketika mengolah informasi, loh! Otak memiliki dua mode ketika belajar, yaitu mode fokus (focused mode) dan mode membaur (diffuse mode). Selama proses belajar, otak akan bergantian berada dalam dua fokus tersebut.

Apabila kalian ingin membaca lebih lanjut tentang hal tersebut dalam artikel focused mode vs diffused mode.

Okay, jadi apa yang harus dilakukan ketika hilangnya fokus mulai menghambat penyelesaian tugas atau kegiatan belajar kita? Tentunya kita membutuhkan jalan keluar untuk tantangan tersebut, misalnya dengan menggunakan teknik pomodoro.

Pada artikel ini, kita akan membahas tentang definisi teknik pomodoro, cara menerapkan teknik pomodoro, dan hambatan menggunakan teknik pomodoro.

Apa Itu Teknik Pomodoro?

Teknik Pomodoro pertama kali dicetuskan oleh Francesco Cirillo pada sekitar tahun 1980an. Pada masa itu, Cirillo merupakan seorang mahasiswa yang merasa kesulitan untuk fokus belajar dan menyelesaikan tugas kuliahnya. 

Ketika akan menghadapi ujian Sosiologi, Cirillo tidak mampu untuk fokus membaca buku yang menjadi bahan utama ujiannya. Dia merasa kesal dan berusaha mencari solusi untuk fokus, walaupun hanya dalam beberapa menit saja.

Akhirnya, Cirillo mengambil sebuah alat pengukur waktu dari dapur yang biasanya digunakan untuk memasak. Dia kemudian mengatur alat tersebut selama dua menit dan menantang dirinya untuk membaca hingga alarm berbunyi.

Apa yang terjadi?

Cirillo terkejut karena dia berhasil menyelesaikan tantangan tersebut! Durasi membaca dua menit tidak terasa berat bagi Cirillo. Dia mampu fokus tanpa merasa ada gangguan sama sekali.

Cirillo kemudian melakukan eksperimen dengan bantuan alat pengukur waktu tersebut. Dia mengatur durasi beragam untuk menemukan durasi yang paling nyaman untuknya. 

Cirillo kemudian menemukan bahwa durasi ideal fokusnya adalah 25 menit per sesi, disertai 2-5 menit istirahat setiap akhir sesi tersebut. Penemuan ini yang kunci menerapkan teknik pomodoro!

Lalu mengapa dinamai teknik pomodoro, bukan teknik Cirillo? Dalam Bahasa Italia, pomodoro berarti tomat. Cirillo menamai teknik tersebut sebagai teknik pomodoro karena alat pengukur waktu yang digunakannya pertama kali saat menemukan teknik tersebut berbentuk tomat [1].

Kini, teknik pomodoro menjadi satu dari beberapa teknik populer dalam meningkatkan produktivitas.

Kapan Kita Sebaiknya Menggunakan Teknik Pomodoro?

Walaupun teknik pomodoro dapat digunakan oleh setiap orang dalam konteks yang beragam, Cirillo mengemukakan beberapa situasi dimana kita perlu menggunakan teknik pomodoro, antara lain sebagai berikut.

Fokus terlalu sering terpecah selama melakukan sesuatu 

Hilang fokus sesaat merupakan hal yang wajar selama proses belajar karena adanya focused mode dan diffused mode. Namun, ada kalanya gagal fokus menjadi sangat menghambat proses penyelesaian tugas atau proses belajar.

Sering melakukan multitasking

Misalnya, mengerjakan tugas sambil menonton tv, mencuci, memasak, atau kegiatan lainnya yang membuat fokus kita terbagi. Walaupun ada pendapat yang menyatakan multitasking dapat meningkatkan performance [4], dalam situasi tertentu, hal tersebut justru dapat mengganggu performance kita dalam menyelesaikan sesuatu [2].

Ketika mengerjakan tugas yang dekat deadline pengumpulan 

Semakin dekat deadline, umumnya tingkat kepanikan kita akan meningkat. Ini dapat menyebabkan fokus kita akan semakin terhambat. Rasa khawatir tidak dapat menyelesaikan tugas, bahkan adrenaline yang meningkat selama menyelesaikan tugas dapat mempengaruhi fokus yang dibutuhkan.

Terlalu banyak hal yang harus dilakukan 

Selain deadline yang mendekat, banyaknya tugas yang harus diselesaikan pun akan menghambat fokus kita. Kita cenderung menjadi bingung bagaimana menyelesaikan semua hal tersebut. Ada kemungkinan akhirnya malah tidak mengerjakan sama sekali.

Mengapa Teknik Pomodoro Efektif?

Berdasarkan empat situasi yang dikemukakan sebelumnya, teknik pomodoro diyakini dapat menjadi satu dari beberapa solusi efektif yang mungkin. Tapi, mengapa??

Pertama, teknik pomodoro membuat kita mudah untuk memulai. 

Belajar selama dua jam membuat kita berpikir bahwa itu terlalu lama. Namun, 25 menit jauh lebih sebentar ‘kan? Durasi pomodoro yang pendek membuat hal tersebut terasa lebih ringan dan lebih mungkin untuk diselesaikan.

Kedua, meminimalisir gangguan ketika fokus. 

Apa saja yang dapat terjadi dalam durasi satu atau dua jam? Gangguan atau distraksi saat kita melakukan sesuatu cenderung meningkat. Misalnya, tiba-tiba ada yang memanggil, menelepon, atau mengirimkan pesan. Kita merasa lapar, ingin ke toilet, bahkan mulai melamun. 

Tapi, dalam rentang waktu 25 menit, kemungkinan adanya gangguan atau hambatan juga semakin sedikit. Kita memiliki kontrol lebih tinggi terhadap faktor internal dan eksternal selama proses belajar atau menyelesaikan tugas.

Ketiga, teknik pomodoro membatasi kita untuk melakukan multitasking. 

Kita dituntut untuk fokus menyelesaikan tugas satu per satu, sehingga tekanan dalam menyelesaikan tugas pun cenderung lebih rendah. Karena kita mengetahui lebih jelas bagaimana kita menggunakan waktu yang ada.

Bagaimana Cara Menggunakan Teknik Pomodoro?

Kita sudah mengkaji tentang definisi teknik pomodoro, serta kapan dan mengapa kita menggunakan teknik tersebut. Lalu bagaimana cara menggunakan teknik pomodoro? Terkait penggunaan teknik pomodoro, kita akan membahas tentang alat yang dibutuhkan dan tahapan kegiatan.

Alat yang dibutuhkan

Tidak banyak alat yang dibutuhkan untuk menerapkan teknik pomodoro. Selain tugas yang ingin diselesaikan, kita hanya memerlukan alat penghitung waktu dan lembar check penyelesaian sesi pomodoro.

Kita dapat menggunakan alat pengukur waktu untuk memasak atau timer di smartphone. Sedangkan daftar check digunakan sebagai tanda pencapaian setiap di akhir sesi. Kita dapat membuatnya sendiri atau download dari website penyedia kebutuhan teknik pomodoro. 

Oh ya, sekarang sudah banyak pula aplikasi menarik yang dapat kita gunakan ketika menggunakan teknik pomodoro, seperti aplikasi Forest dan Be-focused.

Aplikasi Forest memungkinkan kita mengatur durasi setiap sesi, walaupun umumnya teknik pomodoro menggunakan durasi 25 menit untuk tiap sesinya. Uniknya, setiap kita berhasil menyelesaikan satu sesi, kita akan mendapatkan sebuah tanaman virtual. 

Sedangkan Be-focused secara otomatis memberikan kita durasi 25 menit dan disertai 5 menit istirahat di setiap akhir sesi. Aplikasi ini sepertinya memang dikhususkan dan disesuaikan dengan teknik pomodoro.

Tahapan kegiatan

Walaupun Cirillo memberikan penjelasan cukup panjang tentang cara menggunakan teknik pomodoro, secara sederhana prosedur teknik pomodoro adalah sebagai berikut [1][3].

  1. Tentukan tugas yang ingin diselesaikan. Satu tugas! Ingat bukan beberapa tugas atau aktivitas secara bersamaan. No multitasking dalam teknik pomodoro. Apabila tugas sulit diselesaikan atau membutuhkan banyak tahapan, maka bagi tugas tersebut ke dalam tahapan-tahapan yang lebih kecil atau sederhana.
  2. Set waktu dalam durasi 25 menit.
  3. Fokus mengerjakan tugas yang telah ditentukan dan jangan berhenti hingga alarm yang menandakan akhir sesi 25 menit berbunyi.
  4. Beri tanda check pada lembar penanda penyelesaian teknik pomodoro. Walaupun umumnya hanya memberikan tanda check, kita bisa memodifikasinya, misalnya menempelkan sticker, mewarnai icon, dan sejenisnya. Intinya adalah menandai bahwa kita berhasil menyelesaikan satu sesi pomodoro.
  5. Istirahat sejenak, yaitu sekitar 5 menit. Waktu ini dapat kita gunakan untuk meregangkan tubuh, mengecek media sosial, menonton video singkat, dan kegiatan lain sebagai reward. Tapi, ingat, jangan lebih dari 5 menit!
  6. Ulangi tahapan pertama hingga kelima. Namun, setelah berhasil menyelesaikan 4 sesi pomodoro, kita dapat beristirahat lebih lama, yaitu 15-30 menit. 

Apakah Teknik Ini Boleh Dimodifikasi?

Cirillo memang menganjurkan durasi ideal 25 menit untuk tiap sesi pomodoro dan diselingi dengan waktu 5 menit istirahat. Namun, apakah ada batas sesi pomodoro? Menurut saya tidak ada. Durasi 25 menit tampaknya ideal bagi Cirillo. Namun, kita harus mengenali batasan durasi fokus kita sendiri. Ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kita.

Tidak ada larangan untuk memodifikasi teknik pomodoro dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta kebutuhan kita. Misalnya, bagi saya durasi 25 menit dalam satu sesi terlalu singkat ketika menulis artikel. Umumnya saya menggunakan durasi 50-60 menit per sesi. Namun, untuk belajar bahasa saya menggunakan sesi 25 menit.

Simpulan

So, learners. Teknik pomodoro dapat menjadi satu dari beberapa cara bagi kita untuk menjaga fokus dalam mengerjakan sesuatu. Teknik ini dapat membantu kita meminimalisir terpecahnya fokus karena berbagai alasan. Alat yang dibutuhkan dan prosedur menerapkan yang sederhana membuat teknik pomodoro dapat digunakan oleh hampir setiap orang. Selain itu, walaupun Cirillo mencetuskan durasi 25 menit untuk tiap sesi pomodoro, menurut saya hal tersebut dapat kita sesuaikan dengan kebutuhan kita. 


Referensi

[1] Cirillo, F. (-). The Pomodoro Technique. Tersedia: https://francescocirillo.com/products/the-pomodoro-technique 

[2] Healthessentials. (-). Why Multitasking Doesn’t Work. Mental Health. Tersedia: https://health.clevelandclinic.org/science-clear-multitasking-doesnt-work/#:~:text=Multitasking%20can%20hinder%20your%20performance&text=So%2Dcalled%20multitasking%20divides%20our,led%20to%20poorer%20driving%20performance.

[3] Scroggs, L. (-). The Pomodoro Technique. Todoist Website. Tersedia: https://todoist.com/productivity-methods/pomodoro-technique 

[4] Srna, S., Scrift, R. Y., dan Zauberman, G., (2018). The Illusion of Multitasking and Its Positive Effect on Performance. Psychological Science, 29(12), 1942–1955. https://doi.org/10.1177/0956797618801013


Post a Comment

0 Comments