Renungan: Ketika laba-laba tergelincir, apa yang selanjutnya dilakukannya?

Hai, learners! Wah, setelah sekian purnama, akhirnya saya publish artikel lagi disini. Sempat dormant nulis artikel di blog karena fokus dengan beberapa kegiatan lain. Mudah-mudahan mulai sekarang bisa konsisten untuk menerbitkan artikel. Pada artikel ini, saya akan share tentang hasil merenung dadakan saat melihat seekor laba-laba di rumah. Random banget, ya? ^^ Untuk artikel dalam versi Bahasa Inggris, cek link berikut.

THE STORY

Jadi, beberapa hari yang lalu, saya melihat seekor laba-laba yang sedang memanjat naik di dinding ubin atau tegel. Kebetulan ada bagian dinding yang lumayan kering dan ada yang lembab. Bagian yang lembab itu terdapat tetes air yang mengalir. Apakah terbayangkan oleh kalian? (Ribet? Maaf, lain kali saya usahakan difoto, ya!)

Saya memerhatikan laba-laba tersebut. Awalnya, laba-laba tersebut tidak mengalami kendala ketika memanjat. Namun, ketika mengenai bagian yang lembab, dia terpeleset. Itu terjadi beberapa kali. Bahkan ada saat dimana laba-laba meluncur jatuh hingga ke lantai. Saya menatap laba-laba tersebut, mengira-ngira apa yang akan dilakukannya.

Laba-laba kembali memanjat menaiki dinding ubin, tergelincir beberapa kali. Namun, sesuatu yang menarik kemudian terjadi. Laba-laba perlahan menjulurkan kakinya, menghentakkan kakinya perlahan dan berulang-ulang di area tertentu. Laba-laba itu seakan mencoba menemukan area mana yang kering dan dapat dilaluinya dengan mudah.

Saya melihat laba-laba kembali bergerak, berpindah dari kiri ke kanan, kadang mundur sejenak, sebelum akhirnya naik lagi memanjat. Gerakkannya sangat perlahan. Tapi, saya menyadari laba-laba tersebut tidak lagi tergelincir hingga akhirnya mencapai bagian atas dinding ubin, dekat dengan plafon (langit-langit).

REFLECTIVE THINKING

Mengapa saya mengamati laba-laba tersebut? Pada awalnya, saya hanya tidak sengaja melihatnya. Namun, hal itu menjadi semakin menarik dan saya tidak berhenti menatapnya hingga laba-laba berhasil sampai ke langit-langit.

Ketika saya melihat laba-laba memanjat dengan cepat dan tergelincir di ubin yang lembab, saya berpikir bahwa laba-laba itu mungkin ingin cepat sampat di langit-langit. Tapi, ketika tergelincir, ada saat dimana laba-laba itu jatuh hingga ke lantai. Sedih juga sih. Namun, terpikir oleh saya bahwa laba-laba yang saya lihat pada saat itu tidak memerhatikan lingkungan sekitarnya, tidak memeriksa terlebih dahulu apakah jalan yang akan dilaluinya aman atau tidak.

Hal ini seperti ketika kita berusaha menjawab sebuah pertanyaan atau melakukan tindakan tanpa memikirkan dan merencanakannya terlebih dahulu. Kita tidak menganalisis situasi terlebih dahulu, yang penting cepat sampai tujuan atau ingin segera mendapatkan hasil. Mungkin sebagian berhasil tanpa kendala, ada pula yang sedikit ‘tergelincir’. Namun, mungkin terjadi situasi dimana kita jatuh bebas. Maksudnya?

Tindakan tanpa pertimbangan mungkin mencapai keberhasilan. Walaupun demikian, resiko kegagalan akan lebih besar. Seperti laba-laba yang sudah memanjat cukup tinggi, lalu tergelincir hingga jatuh ke lantai. Kita bergerak dengan cepat. Namun, tiba-tiba harus mengulang kembali dari awal.

Di sisi lain, setelah beberapa kali tergelincir, laba-laba mulai mengecek area yang akan dia lalui. Prosesnya lebih lambat. Tapi, semakin sering dia melakukannya, semakin jarang dia terpeleset. Bahkan akhirnya tidak tergelincir sama sekali. Laba-laba berhasil mencapai langit-langit dengan cara tersebut.

Keberhasilan laba-laba mengajarkan saya akan tiga hal penting.

Pertama, pentingnya perencanaan.

Ambil waktu sejenak untuk merencakan bukanlah membuang-buang waktu. Itu menjadi cara kita meminimalisir kesalahan yang mungkin dilakukan atau memprediksi tantangan yang akan dihadapi. Perhatikan ketika laba-laba terburu-buru melangkah. Walaupun awalnya progresnya cepat, tapi seketika dia tergelincir hingga ke dasar lantai. Berbeda dengan ketika dia berhati-hati dan mempertimbangkan terlebih dahulu gerakannya. Waktu yang digunakannya lebih efisien karena kegagalan yang dilakukannya sedikit.

Kedua, practice makes better.

Seperti saya ceritakan sebelumnya, laba-laba terlihat seperti mencari dan berlatih hingga menemukan area yang aman untuk dilaluinya. Progresnya perlahan, tapi dia sampai di tujuannya. Pada awalnya, sesekali tergelincir. Namun, semakin lama, semakin minim, bahkan tidak tergelincir sama sekali. Sudah pro laba-labanya. Implikasinya, apabila kita berlatih berulang-ulang, kemungkinan kita memahami atau menguasai suatu hal tertentu akan meningkat. Konsep ini juga dicetuskan oleh Malcolm Gladwell pada bukunya yang berjudul Outliers. Dimana Gladwell menyatakan bahwa kita dapat ahli dalam bidang apapun setelah berlatih setidaknya 10.000 jam.

Ketiga, jangan menyerah.

Ketika menemukan jalan yang sulit, cari jalan lainnya. Berapa kali laba-laba tergelincir? Dia nyerah? Ngambek? Gak. Laba-laba tetap memanjat naik. Tapi, tidak pada jalan yang sama. Dia seakan tahu jalan yang membuatnya tergelincir itu tidak dapat membantunya untuk mencapai area yang lebih tinggi. Jadi, dia mencoba jalan lainnya. Laba-laba tidak menyerah, dia mencari jalan lain, dan tidak mengulangi kegagalan di tempat yang sama.

CONCLUSION

Okay, apa simpulan dari cerita tentang laba-laba dan analisis reflektif ini? Bagi saya, setelah mengamati perilaku laba-laba pada saat itu, saya sadar untuk mencapai suatu tujuan, kita membutuhkan perencanaan, latihan, dan jangan mudah menyerah.

Post a Comment

0 Comments