Landasan Psikologis Pendidikan: Definisi, Urgensi, dan Implementasi di Sekolah

Hi learners! Pendidikan merupakan pilar penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan landasan-landasan yang dapat membantu mengoptimalkan proses pendidikan, seperti landasan psikologis pendidikan.

Pada artikel ini saya akan membahas tentang definisi, urgensi, dan implementasi landasan psikologis pendidikan. Apabila kalian ingin membaca artikel dalam Bahasa Inggris, silahkan cek artikel berikut. Happy learning!

Landasan Psikologis Pendidikan

DEFINISI LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Landasan pendidikan didefinisikan sebagai teori, konsep, atau prinsip yang digunakan sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Ada berbagai landasan pendidikan, antara lain landasan psikologis pendidikan. Apa itu landasan psikologis pendidikan?

Landasan psikologis pendidikan merupakan landasan pendidikan yang mengacu pada berbagai konsep psikologi; menganalisis berbagai isu pendidikan dalam kaitannya dengan psikologi. Beberapa hal yang dikaji dalam landasan psikologi pendidikan yaitu tahap perkembangan anak dan teori belajar.

Teori Perkembangan Anak

Teori perkembangan anak merupakan suatu kerangka konseptual untuk memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Teori ini mencakup berbagai aspek perkembangan dalam diri anak, seperti perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional.

Beberapa teori perkembangan anak yaitu Teori Perkembangan Kognitif oleh Jean Piaget, Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson, dan Teori Sosiokultural dalam Perkembangan Kognitif oleh Lev Vygotsky.

Teori Belajar

Teori belajar merupakan teori yang mengkaji bagaimana peserta didik belajar dan menjelaskan tentang bagaimana suatu perilaku dihasilkan. Teori tersebut mencakup bagaimana mereka mencari dan mengelola informasi, membentuk kebiasaan, meningkatkan motivasi belajar, tantangan yang dihadapi selama belajar, serta cara efektif menghadapi tantangan tersebut.

Adapun beberapa teori belajar yaitu Teori Belajar Kognitivistik oleh Jean Piaget, Teori Belajar Behavioristik oleh B. F. Skinner, Teori Belajar Sosial Kognitif oleh Albert Bandura, Teori Belajar Humanistik dari A. H. Maslow dan Carl Rogers, Teori Determinasi Diri oleh Ryan dan Deci, serta Teori Kecerdasan Majemuk oleh Howard Gardner

URGENSI LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN BAGI GURU DAN CALON GURU

Landasan psikologis pendidikan memberikan wawasan kepada guru tentang berbagai teori dalam psikologi yang dapat digunakan dalam praktek pendidikan. Pemahaman tentang psikologis anak dan keterkaitannya dalam pembelajaran bukan hanya harus dikuasai oleh psikolog anak dan psikolog pendidikan. Di lingkungan sekolah, guru juga harus memahami hal tersebut.

Pendidikan dapat terjadi di berbagai lingkungan: informal, formal, dan non formal. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal, dimana terdapat kurikulum dan tujuan pembelajaran yang jelas, serta pendidik dan tenaga kependidikan profesional. Guru sebagai tenaga profesional diharapkan mampu mengoptimalkan proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Landasan psikologis pendidikan dapat membantu tercapainya tujuan tersebut.

Apakah sebagai siswa kalian pernah mengeluh tentang stress selama belajar, bosan, ataupun sulit memahami penjelasan guru kalian? Lalu sebagai guru, pernahkan kalian merasa siswa kalian memiliki antusiasme rendah selama pembelajaran atau mungkin tugas yang diberikan tidak mampu diselesaikan dengan baik?

Guru meminimalisir, memahami, dan menghadapi tantangan-tantangan tersebut apabila mereka memiliki pemahaman yang baik tentang landasan psikologis pendidikan. Tentunya selain memahami, guru juga harus mampu mengimplementasikan pemahamannya dalam kegiatan pembelajaran.

Misalnya, pemahaman tentang perkembangan anak membantu guru lebih memahami perkembangan dan karakteristik anak. Sedangkan teori belajar membantu guru meramu pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

Lalu bagaimana dengan calon guru? Landasan psikologis pendidikan juga penting buat calon guru karena hal tersebut merupakan suatu jalan bagi mereka mempersiapkan diri sebagai guru di masa depan. Pemahaman terkait landasan psikologis pendidikan memang sebaiknya dimulai sejak sebelum menjadi guru dan terus ditingkatkan ketika sudah menjadi guru.

IMPLEMENTASI LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Di lingkungan sekolah, landasan psikologis pendidikan dapat diimplementasikan dalam situasi akademik dan situasi non akademik. Situasi akademik yaitu terkait dengan proses pembelajaran, baik kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan situasi non akademik mendukung berlangsungnya kegiatan akademik.

Implementasi landasan psikologis pendidikan antara lain berkaitan dengan iklim belajar, pengalaman pendidikan, dan pemilihan konten yang tepat. Beberapa contoh implementasi landasan psikologis pendidikan di lingkungan sekolah yaitu pengelompokkan kelas dan penjurusan, pemahaman tentang karakteristik siswa, perencanaan pembelajaran, program bimbingan dan konseling, serta program ekstrakurikuler.

Pengelompokkan Kelas dan Penjurusan

Implementasi landasan psikologis pendidikan yang jelas terlihat di lingkungan sekolah yaitu pengelompokkan kelas berdasarkan rentang usia siswa, misalnya 4-6 tahun di taman kanak-kanak dan 7-13 tahun di sekolah dasar. Ini adalah standar ideal pendidikan formal di Indonesia.

Perbedaan standar mungkin terjadi pada situasi-situasi khusus, seperti tingkat kecerdasan dan kesiapan sosial-emosional siswa. Misalnya, siswa yang belum berusia tujuh tahun diizinkan untuk masuk sekolah dasar apabila ada surat pernyataan dari guru taman kanak-kanaknya, psikolog anak, atau psikolog pendidikan yang menyatakan anak telah siap masuk ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi.

Selain pengelompokkan kelas sesuai dengan rentang usia, saat siswa memasuki sekolah menengah atas terdapat pula klasifikasi kelas berdasarkan peminatan. Di Indonesia, hingga Kurikulum 2013 pengelompokkan terbatas dengan jurusan IPA, IPS, Bahasa, ataupun keterampilan khusus di sekolah kejuruan.

Namun, sejak diimplementasikannya Kurikulum Merdeka, pengelompokkan diarahkan pada kelompok mata pelajaran dibandingkan rumpun ilmu. Misalnya, ada kelompok mata pelajaran yang diprediksi akan dibutuhkan bagi peminat bidang bisnis, kedokteran, teknik, dan bidang profesi lainnya.

Pemahaman Tentang Karakteristik Siswa

Apakah penting bagi guru memahami karakteristik siswa? Sangat penting. Keterampilan memahami karakteristik siswa bahkan termasuk ke dalam satu dari beberapa indikator keterampilan pedagogik guru di Indonesia. Ini menegaskan pentingnya keterampilan tersebut.

Pemahaman tentang karakteristik siswa dapat membantu guru merumuskan kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pemahaman tersebut antara lain tentang tahap perkembangan siswa, minta, dan bakat mereka. Guru dapat berusaha memahami karakteristik siswanya dengan dua metode, tes dan non tes.

Tes dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga yang memfasilitasi tes minat bakat siswa, tes kemampuan intelektual, dan berbagai tes psikologis lainnya. Selain itu, guru juga dapat melihat hasil belajar siswa sebagai pertimbangan minat dan bakatnya. Mungkin ada anak yang memperoleh nilai tinggi pada mata seni, tapi tidak dengan matematika, dan sebaliknya.

Sedangkan non tes dapat dilakukan dengan observasi perilaku siswa dan diskusi dengan siswa secara langsung. Dalam observasi, guru dapat mengamati antusiasme siswa ketika mempelajari mata pelajaran tertentu. Oh ya, guru juga bisa bertanya dengan rekan guru lainnya terkait hal ini. Selain itu, guru dapat bertanya langsung kepada siswa tentang bidang yang disukai atau dikuasainya.

Perencanaan Pembelajaran

Dalam merencanakan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh guru. Pertama, rumusan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran dan tentunya tahap perkembangan siswa. Pemahaman guru tentang tahap perkembangan anak akan membantu guru merumuskan rencana kegiatan belajar yang sesuai.

Kedua, setelah menentukan tujuan pembelajaran, guru mempertimbangkan metode dan media pembelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan media pembelajaran idealnya beragam, sehingga mampu memfasilitasi berbagai gaya belajar, minat, dan potensi siswa.

Kegiatan belajar harus bermakna dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Harapannya adalah bahwa siswa bukan hanya belajar karena tuntutan sekolah. Namun, mencintai proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Ketiga, guru merancang evaluasi pembelajaran yang mampu menilai hasil belajar siswa dengan optimal. Terkadang sebagai guru kita fokus pada kegiatan belajar, tapi sedikit abai tentang evaluasi. Padahal evaluasi itu sangat penting untuk melihat pencapaian siswa dan merumuskan kegiatan belajar selanjutnya.

Selain kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, guru harus kreatif dalam memberikan evaluasi belajar. Evaluasi tidak selalu dalam bentuk paper-based test. Evaluasi dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar dan dapat menimbulkan stress akademik yang berlebihan dalam menghadapi ujian.

Program Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya, implementasi landasan psikologis pendidikan di sekolah yaitu adanya kegiatan bimbingan dan konseling. Situasi yang sering muncul adalah ketika dipanggil oleh Guru BK, siswa merasa khawatir telah membuat suatu kesalahan. Padahal bimbingan dan konseling bukan hanya untuk siswa yang ‘bermasalah.’

Walaupun demikian, bimbingan dan konseling di sekolah memang dapat membantu siswa menghadapi berbagai tantangan, seperti motivasi belajar, menganalisis profesi atau jurusan kuliah yang ingin ditekuni, menyelesaikan konflik sosial dengan teman, dan menghadapi stress akademik.

Program Ekstrakurikuler

Implementasi landasan psikologis pendidikan lainnya yaitu program ekstrakurikuler yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Di sekolah, siswa dapat mengeksplorasi ketertarikannya pada bidang tertentu dengan biaya yang relatif murah, terkadang tanpa mengeluarkan biaya.

Program ekstrakurikuler memang memiliki keterbatasan. Durasi kegiatan relatif singkat. Namun, apabila siswa tertarik untuk mendalami bidang tertentu setelah mencobanya dalam kegiatan ekstrakurikuler, mereka dapat mengikuti club atau kegiatan sejenis di luar sekolah. Namun, kegiatan tersebut seringkali membutuhkan biaya yang relatif mahal.

SIMPULAN

Landasan psikologis pendidikan mengkaji tentang teori-teori psikologi yang dapat digunakan dalam mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, seperti teori perkembangan anak dan teori belajar. Implementasinya di sekolah dapat berbentuk kegiatan akademik maupun non akademik, seperti pengelompokkan kelas dan penjurusan, pemahaman tentang karakteristik siswa, perencanaan pembelajaran, program bimbingan dan konseling, serta program ekstrakurikuler.

REFERENSI

Post a Comment

0 Comments